Pages

Saturday 27 June 2015

Cara Membersihkan Cobek Batu Baru

Rasanya memasak tanpa sambal itu belum lengkap. Dan menghaluskan cabai menggunakan blender itu belum sempurna. Tetapi membeli cobek batu di pasaran pun tak mudah, gampang-gampang susah. 

Dulu, nenek saya memiliki  batu giling dengan warna hitam yang cantik. Permukaannya halus dengan tekstur batu yang masih tampak. Kini, setelah saya menjadi seorang ibu, saya baru tahu bila batu giling ada juga yang dicampur dengan semen. Waduh, curiga bumbu-bumbu yang dihaluskan sedikit banyak akan membawa bahan campuran tersebut. Dan kualitas yang dihasilkan pun kemungkinan tak seapik bila menggunakan batu giling tanpa campuran.


Menggunakan batu giling untuk menghaluskan bumbu-bumbu dapur tentu karena ingin mendapati citra rasa yang baik di lidah. Konon mengulek bumbu-bumbu dapur menggunakan batu giling akan menghasilkan aroma kelezatan yang berbeda bila dibandingkan sayatan-sayatan tajam pisau-pisau blender yang berputar dengan cepat. Karena itulah akhirnya setelah sekian tempo cobek batu itu puu menghiasi dapur saya.

Membeli sebuah cobek tak berarti urusan masak memasak terselesaikan. Memang penjual jelas-jelas mengatakan bahwa cobek yang saya beli murni terbuat dari batu bukan campuran. Susah payah si penjual meyakinkan keaslian barang dagangannya itu. Memasak untuk keluarga tercinta membuat saya harus berhati-hati dalam menentukan alat-alat dapur. Setelah bahas sana bahas sini si penjual mengeluarkan jurus jitunya. Dia berkata, " ya udah gini aja, ntar kalo batu ini gak asli balikin aja ke mari." Wah, ternyata garansi tidak hanya didapat di toko-toko besar. Dan tidak juga khusus ditujukan ke barang-barang elektronik dengan harga yang fantastis. Di pasar tradisional, disebuah toko kecil, saya mendapati sebuah jaminan dari produk yang dibanderol sangat bersahabat dengan kantong ibu rumah tangga seperti saya. Batu giling itu cuma dihargai tak lebih dari lima puluh ribu rupiah. Kerenkan? :) 

Saya tidak hanya memperoleh garansi produk tapi juga diberikan trik cara membersihkan cobek batu baru yaitu dengan menggunakan ampas kelapa. Sebenarnya ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membersihkan cobek batu ini, diantaranya :

1. Menggunakan ampas kelapa. 
Ampas kelapa yang diulek dibatu giling yang baru dibeli akan berubah warnanya menjadi hitam. Perubahan warna tersebut adalah bagian dari proses membersihkan batu giling. Untuk memperoleh batu giling yang bebas dari sisa-sisa batu yang dipahat lakukan beberapa kali pengulekan ampas kelapa hingga mengalami perubahan warna yang tidak mencolok setelah itu cuci dan bersihkan.


2. Memberikan air pada permukaan cobek.
Satu malam suntuk adalah tempo yang disarankan banyak orang kepada saya. Memberikan air pada permukaan cobek selain dapat membersihkan juga dapat menguji bahan baku dari batu giling. Apakah terbuat dari bahan campuran atau memang murni batu. Caranya lihat perubahan warna yang terjadi pada air di permukaan cobek. Bila berubah menjadi keruh itu tandanya batu giling terbuat dari bahan campuran. Bila air tetap jernih, berarti cobek terbuat dari batu tulen. Selain itu dapat  juga digunakan untuk mengetahui bila terjadi kebocoran. Yaitu dengan melihat apakah jumlah air pada permukaan cobek berkurang. Bila berkurang itu petunjuk telah adanya kebocoran pada cobek batu.

3. Menggunakan akar kangkung dan akar bayam.
Sama seperti menggunakan ampas kelapa. Ulek akar kangkung dan akar bayam setelah itu cuci dan bersihkan.

Cobek digunakan untuk berbagai keperluan. Satu yang kerap dilakukan nenek saya dulu adalah menumbuk jengkol. Hingga kini sambal lado jariang buatan nenek tak tertandingi. Dengan adanya batu giling mungkin rasa yang serupa sambal lado jariang buatan almarhum nenek saya bisa kembali dihadirkan di tengah-tengah keluarga kecil saya. Dan semoga saja memang seperti itu. :)

Monday 22 June 2015

D'Cobek

Dapur tuch ga lengkap kalo belum ada cobek. Tapi itu bukan berarti tulisan ini mewajibkan setiap rumah harus memiliki alat pengulek tradisional ini. Sah-sah saja bila kamu memutuskan menjejalkan dapur kamu dengan berbagai rupa teknologi kekinian. Mulai dari kompor tanam, standing dispenser, oven gas, oven listrik, oven kompor hingga microwave low watt yang tak pernah terpakai sekalipun. Dapurmu penuh sesak oleh alat-alat yang super canggih, super prakis dan pastinya super mahal. Tapi modernitas dirasa kurang lengkap bila dalam kegiatan masak memasak ini tidak diketemukannya pelumat bumbu berbahan batu di antara deretan alat-alat memasak yang serba modern itu.Yup, alat itu kerap disapa dengan sebutan COBEK. 

Cobek dipercaya masih memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap hasil akhir dari sebuah masakan. Konon tekanan-tekanan yang dilakukan tiap kali melumat bumbu dapur akan mengeluarkan aroma dan kelezatan yang tidak bisa didapat dari sebuah blender. Namun meskipun begitu banyak pintu-pintu rumah yang lebih membiarkan blender memasuki ruang memasak mereka tinimbang piring batu berbentuk ceper ini. Blender tidak hanya kerap dijumpai di kota-kota besar bahkan bisa jadi sudah merambah ke pelosok-pelosok desa. Cara kerja yang gampang menjadi daya jual dari alat elektronik satu ini.

Pada daerah-daerah tertentu di negeriku ini tak jarang menemukan cobek yang berkualitas baik adalah sebuah kesulitan. Tidak seperti Muntilan yang dengan gampangnya kita mendapati alat pengeluk dengan bahan baku yang diminati banyak orang. Karena cobek bisa dihasilkan dari beberapa material yang berbeda. Bisa berupa bahan campuran semen, bisa juga berasal dari bagian batang tumbuhan yang mengeras, atau dari tanah liat yang memang oleh tangan-tangan kreatif sering digunakan sebagai bahan baku sebuah produk kerajinan. 

Munkin karena Muntilan dibelah oleh sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Sungai-sungai tersbut digunakan sebagai jalur banjir lahar dari salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Batu-batu yang terbawa saat Merapi memuntahkan isi perutnya itulah yang diyakini sebagai bahan bermutu tinggi untuk pembuatan sebuah cobek. 

Memang pada umumnya cobek batu menjadi pilihan favorit banyak orang. Namun bila cobek batu langka ditemukan maka opsi bisa dialihkan kepada cobek-cobek dari bahan baku yang lain. Karena setiap bahan pembuat memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pintar-pintar kita saja mengenali pilihan yang sesuai dengan hati.

Tulisan ini bukan anti kekinian. Sebagai tulisan pertama dari blog ini, penulis hanya mencoba mengupas bahwa cara kerja yang konvesional terkadang merupakan jurus jitu yang patut dipertimbangkan. Bahkan tak jarang kekunoan menjadi nilai jual yang tinggi dari sebuah produk. Jadi tidak selamanya kuno itu tidak baik, tidak gaul, atau bahkan dianggap tidak bermutu. Jadi jangan takut dianggap kolot bila nilai yang kamu perjuangkan memang sesuai dengan idealismemu sebagai manusia.