Dapur tuch ga lengkap kalo belum ada cobek. Tapi itu bukan berarti tulisan ini mewajibkan setiap rumah harus memiliki alat pengulek tradisional ini. Sah-sah saja bila kamu memutuskan menjejalkan dapur kamu dengan berbagai rupa teknologi kekinian. Mulai dari kompor tanam, standing dispenser, oven gas, oven listrik, oven kompor hingga microwave low watt yang tak pernah terpakai sekalipun. Dapurmu penuh sesak oleh alat-alat yang super canggih, super prakis dan pastinya super mahal. Tapi modernitas dirasa kurang lengkap bila dalam kegiatan masak memasak ini tidak diketemukannya pelumat bumbu berbahan batu di antara deretan alat-alat memasak yang serba modern itu.Yup, alat itu kerap disapa dengan sebutan COBEK.
Cobek dipercaya masih memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap hasil akhir dari sebuah masakan. Konon tekanan-tekanan yang dilakukan tiap kali melumat bumbu dapur akan mengeluarkan aroma dan kelezatan yang tidak bisa didapat dari sebuah blender. Namun meskipun begitu banyak pintu-pintu rumah yang lebih membiarkan blender memasuki ruang memasak mereka tinimbang piring batu berbentuk ceper ini. Blender tidak hanya kerap dijumpai di kota-kota besar bahkan bisa jadi sudah merambah ke pelosok-pelosok desa. Cara kerja yang gampang menjadi daya jual dari alat elektronik satu ini.
Pada daerah-daerah tertentu di negeriku ini tak jarang menemukan cobek yang berkualitas baik adalah sebuah kesulitan. Tidak seperti Muntilan yang dengan gampangnya kita mendapati alat pengeluk dengan bahan baku yang diminati banyak orang. Karena cobek bisa dihasilkan dari beberapa material yang berbeda. Bisa berupa bahan campuran semen, bisa juga berasal dari bagian batang tumbuhan yang mengeras, atau dari tanah liat yang memang oleh tangan-tangan kreatif sering digunakan sebagai bahan baku sebuah produk kerajinan.
Munkin karena Muntilan dibelah oleh sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Sungai-sungai tersbut digunakan sebagai jalur banjir lahar dari salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Batu-batu yang terbawa saat Merapi memuntahkan isi perutnya itulah yang diyakini sebagai bahan bermutu tinggi untuk pembuatan sebuah cobek.
Memang pada umumnya cobek batu menjadi pilihan favorit banyak orang. Namun bila cobek batu langka ditemukan maka opsi bisa dialihkan kepada cobek-cobek dari bahan baku yang lain. Karena setiap bahan pembuat memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pintar-pintar kita saja mengenali pilihan yang sesuai dengan hati.
Tulisan ini bukan anti kekinian. Sebagai tulisan pertama dari blog ini, penulis hanya mencoba mengupas bahwa cara kerja yang konvesional terkadang merupakan jurus jitu yang patut dipertimbangkan. Bahkan tak jarang kekunoan menjadi nilai jual yang tinggi dari sebuah produk. Jadi tidak selamanya kuno itu tidak baik, tidak gaul, atau bahkan dianggap tidak bermutu. Jadi jangan takut dianggap kolot bila nilai yang kamu perjuangkan memang sesuai dengan idealismemu sebagai manusia.
No comments:
Post a Comment