Pages

Wednesday 8 July 2015

Cabai Dibungkus Koran. Sudah Tepatkah?

"Menjelang puasa harga-harga melonjak naik."

Begitulah tetangga saya membuka percakapan di sebuah pagi. Kami menempati rumah yang diapit oleh lansia-lansia dengan segudang pengalaman hidup. Ragam suku ragam agama mewarnai komplek tua ini. Tetapi meski pun begitu tegur sapa kerap terdengar dari pintu-pintu rumah yang memiliki latar budaya dan agama yang berbeda-beda.

Menjelang puasa dan mendekati hari raya Idul Fitri seperti ini, pertokoan komplek tua tempat kami berteduh akan riuh oleh aneka jenis penjual panganan untuk berbuka. Keriuhan ini tidak hanya dirasakan oleh umat muslim saja. Tetapi mereka yang berbeda keyakinan pun ikut berbaur dan merasakan betapa Ramadhan adalah bulan penuh rahmat bagi setiap orang. 

Namun sayang hal ini harus dibarengi dengan kenaikan harga kebutuhan pokok. Dampaknya pun dirasakan dari banyak kalangan. Ibu-ibu rumah tangga akan menjerit-jerit ragu apakah uang saku dari suami mereka akan sampai hingga akhir bulan. Para suami akan kelimpungan melihat permintaan penambahan uang saku yang tiba-tiba. Para penjual kewalahan menghadapi protes para pembeli. Tetapi kejadian-kejadian seperti itu memang rutin ada tiap tahunnya. Tidak hanya setahun dua tahun harga-harga kebutuhan pokok ini kerap naik, hampir setiap hari-hari besar keagamaan yang ada di negeri ini selalu diiringi lonjakan harga kebutuhan pokok. 
sumber
"Beli cabai yang banyak mama Adel sebelum harganya naik lagi. Sebelum dimasukin ke kulkas cabainya dibungkus dengan koran jadi bisa tahan lama."

Cabai dibungkus koran. Saran dari tetangga saya itu sudah pernah saya ketahui sejak lama. Dulu sekali, saat tubuh saya masih terbebas dari kepungan lemak-lemak bandel. Saya suka sekali menilik isi kulkas di rumah. Sehari bisa lebih sepulu kali saya buka tutup pintu lemari pendingin itu. Maksud hati mencari kudapan saya justru menemukan yang lain. Di situ saya mendapati bungkusan koran yang cukup besar. Setelah mencari tahu ternyata isi dari bungkusan tersebut adalah cabai. Ada-ada saja pikir saya waktu itu.

Tapi seperti itulah. Selalu ada cara-cara kreatif untuk menghadapi kondisi yang cukup pelik seperti kenaikan harga menjelang hari raya seperti saat ini. Namun yang perlu diperhatikan adalah apakah cara-cara yang digunakan tersebut cukup baik. Atau mungkin saja ada alternatif lain yang lebih tepat.

Cabai dipercaya memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi. Harga cabai yang melejit membuat ibu-ibu rumah tangga memutuskan membeli cabai ketika posisi nilai jual berada dibatas wajar. Bahkan tak jarang mereka membelinya dalam jumlah yang banyak. Lalu mengemasnya dan menyimpannya di dalam kulkas. Tetapi tahukah mereka bila cara-cara pengemasan yang diterapkan pada bahan-bahan makanan dan lamanya waktu penyimpanan akan mempengaruhi kadar vitamin C yang terdapat di dalamnya. 

Dari sumber yang saya baca, kandungan vitamin C pada cabai rawit segar dalam 100 gram adalah 70 mg. Sedangkan kandungan vitamin C pada cabai merah besar lebih tinggi yaitu kisaran 150-200 mg / 100 g. Dan yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan manusia terhadap vitamin C hanya 45 mg/harinya. Tetapi meskipun begitu ada bagusnya bila memperhatikan cara pengemasan cabai agar kandungan gizinya tetap terjaga. Berikut beberapa pilihan pengemasan yang bisa dijadikan bahan pertimbangan bila kamu memutuskan membeli cabai dalam jumlah banyak :

1. Daun pisang
Daun pisang memiliki zat lilin alami yang sangat efektif menghambat terjadinya kehilangan air sehingga kesegaran cabai dapat terjaga.
2. Plastik
Plastik merupakan bahan pengemas yang lebih baik bila dibandingkan kertas koran tetapi tidak lebih baik dari daun pisang. Plastik polipropilen merupakan salah satu jenis kemasan yang tidak mudah sobek, tahan air, tidak mudah dilewati oleh gas dan uap air. 
3. Kertas koran
Kertas koran memiliki daya serap yang tinggi terhadap air sehingga kurang baik bila digunakan untuk mengemas cabai. Dan karena hal itu menjadikan kertas koran tidak lebih baik dari dua piliha di atas.

Saat ini saya baru mencoba membungkus cabai menggunakan kertas koran dan plastik. Untuk daun saya belum pernah mencobanya. Tetapi dari dua bahan yang telah saya coba, menggunakan kertas koran cabai lebih cepat terlihat layu bila dibandingkan menggunakan plastik. Semoga bermanfaat! [*]


Bahan bacaan : 
ejournal.unri.ac.id/index.php/JPSB/article/download/1881/1850

8 comments:

  1. aku pake plastik.. jadi dibersihkan lalu diiris serong baru dimasukin ke plastik setelah airnya ditiriskan.. jadi kapan butuh tinggal dirogoh dan campur ke masakan

    ReplyDelete
    Replies
    1. memang tampaknya lebih praktis bila cabai disimpan setelah diiris ya mak.. air ditiriskan utk menghidari cabai busuk lebih cepat... sip tipsnya mak...

      Delete
  2. Kalo ibuku yg penting kertas aja Mbak, koran ato kertas lain yg ga kepake biasa buat mbungkus sayur dkk di kulkas. Yg penting kertasnya bersih aja ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, kbanyakan memang seperti itu ya mbak.. dan saya juga pernah melakukan hal yang serupa :)

      Delete
  3. saya kalau gak pake plastik, pake tempat makan. Tapi kadang pake koran juga, sih :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. menyesuaikan kondisi.. apa wadah yang ada, itu yang digunakan.. :D

      Delete
  4. kalo aku suka pake plastik mba hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya juga kadang seperti itu.. beli dari pasar dibungkus plastik langsung masuk kulkas.. hehe.. tapi biasanya karena cabai yang saya beli tidak bertahan lama dikulkas.. langsung habis terpakai.. :)

      Delete