Pages

Monday, 13 July 2015

Jagung Manis Rebus Tabur Keju dan Susu (JaMan TaKeSu)

Berbukalah dengan yang manis-manis.

Bangun tidur setelah matahari naik tinggi. Semalam lelah begadang setelah menulis artikel untuk genjot traffic blog. Sahur tak sempat, subuh pun hampir lewat. Di bulan Ramadhan seharusnya ibadah yang ditingkatkan, bukannya jam tidur yang diperpanjang. Puasa jangan dijadikan alasan untuk bermalas-malasan.

Ya bangun tidur yang kesiangan. Cuci muka sebentar lalu langsung cabut ke pasar. Menggunakan sepeda motor kebanggaan bersama anak-anak kesayangan. Melaju di jalanan berlubang membuat laju motor sedikit bergoyang. Bangun tidur memang sudah kesiangan. Membuat otak sedikit kewalahan memikirkan bahan apa yang akan diolah menjadi santapan.

Bangun memang sudah kesiangan. Maka tak heran bila di pasar tak banyak pilihan. Sedikit obrolan dengan penjual sayuran memberi jawaban. JaMan TaKeSu. Jagung Manis Rebus Tabur Keju dan Susu adalah saran yang diberikan. Dan menu tersebut menjadi pilihan untuk berbuka puasa ketika maghrib tiba.

Begini, memang cara mengolah jagung ala tukang sayur tersebut tidak lazim saya lakukan. Biasanya saya akan merebus jagung setelah bulir-bulir jagung terlepas dari bonggolnya. Atau dengan membeli jagung manis pipilan. Tapi baiklah khusus kali ini saya akan mencaoba cara yang disarankan penjual sayur. Meski benak saya mengatakan bahwa caranya sedikit tidak mudah. Tapi tak jadi masalah. 
dok. pribadi

Bahan yang dibutuhkan untuk membuat JaMan TaKeSu ala ibu tukang sayur tersedia semua di pasar. Bila kamu berminat, maka kamu hanya perlu menyiapkan : 

  • Jagung Manis 
  • Susu kental manis
  • Mentega
  • Keju
  • Sambal
Caranya pun cukup mudah, tidak terlampau sulit. Kesulitan ada ketika melepaskan bulir-bulir jagung dalam kondisi jagung baru diangkat (panas). Maka saran saya lepaskan saja bulir-bulir jagung tersebut baru kemudia direbus. Atau untuk ringkasnya beli saja jagung manis pipilan. Itu jauh lebih mudah dan ringkas. Oke kita kembali ke JaMan TaKeSu ala ibu tukang sayur. Caranya :
  • Rebus jagung setelah jagung dibersihkan. 
  • Tiriskan jagung lalu segera lepaskan bulir-bulir jagung dari bonggolnya. Sudah saya perkirakan cara ini akan terasa lebih sulit. Sengaja saya coba karena memang akan dijadikan bahan artikel dari D'cobek.
  • Setelah bulir-bulir jagung terlepas, berilah mentega secukupnya dan susu kental manis secukupnya pula. Lalu aduk hingga rata.
  • Bila kamu suka pedas tambahkan sambal sesuai selera lalu aduk hingga rata.
  • Terakhir taburkan serutan keju di atasnya.
  • JaMan TaKeSu siap dihidangkan.
Ya, caranya memang tidak biasa. Tapi bukan saya bila tidak bandel untuk tetap mencobanya. Eh tapi tahukah kamu bila jagung memiliki banyak manfaatnya lho. Merupakan hasil penelusuran saya dari mesin pencari ternyata ada delapan manfaat yang bisa kita temukan dalam jagung manis yang saya konsumsi beberapa hari yang lalu, diantaranya :
  1. Meningkatkan kesehatan penglihatan.
  2. Meningkatkan daya ingat. 
  3. Mencegah masalah jantung.
  4. Mencegah kanker paru-paru. 
  5. Meningkatkan kekuatan tulang.
  6. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
  7. Mengatasi anemia.
  8. Menurunkan kolesterol.
Wah, kudapan favorit saya ini ternyata selain lezat juga banyak manfaatnya. Jagung manis hanya direbus saja sudah nikmat. Apa lagi bila diolah dalam aneka rupa jenis masakan. Hm, coba saya ingat-ingat kudapan apa saja yang menggunakan jagung ya. Hei ada sop jagung manis yang nikmat bila disantap saat hangat, atau perkedel jagung yang gurih menggoda, tapi jagung bakar aneka rasa pun enak atau bolu jagung. Kalau yang terakhir tampaknya sedikit lebih ribet ya. Tapi bila memang gemar memasak itu tidak menjadi kedala kan?

Oke, setelah mengetahui banyaknya manfaat dan nikmatnya olahan dari jagung ini. Rasanya saya perlu menyediakan beberapa bungkus jagung manis pipilan dalam kulkas saya. Jadi bila ingin membuat kudapan seperti JaMan TaKeSu atau yang lainnya, saya tidak perlu repot-repot seperti resep di atas. Meski bukan resep andalan tapi bagi kamu yang ingin mencobanya, saya ucapkan selamat mencoba. Tapi bila merasa terjebak dengan tulisan ini ya maafkan saja. :D

Wednesday, 8 July 2015

Cabai Dibungkus Koran. Sudah Tepatkah?

"Menjelang puasa harga-harga melonjak naik."

Begitulah tetangga saya membuka percakapan di sebuah pagi. Kami menempati rumah yang diapit oleh lansia-lansia dengan segudang pengalaman hidup. Ragam suku ragam agama mewarnai komplek tua ini. Tetapi meski pun begitu tegur sapa kerap terdengar dari pintu-pintu rumah yang memiliki latar budaya dan agama yang berbeda-beda.

Menjelang puasa dan mendekati hari raya Idul Fitri seperti ini, pertokoan komplek tua tempat kami berteduh akan riuh oleh aneka jenis penjual panganan untuk berbuka. Keriuhan ini tidak hanya dirasakan oleh umat muslim saja. Tetapi mereka yang berbeda keyakinan pun ikut berbaur dan merasakan betapa Ramadhan adalah bulan penuh rahmat bagi setiap orang. 

Namun sayang hal ini harus dibarengi dengan kenaikan harga kebutuhan pokok. Dampaknya pun dirasakan dari banyak kalangan. Ibu-ibu rumah tangga akan menjerit-jerit ragu apakah uang saku dari suami mereka akan sampai hingga akhir bulan. Para suami akan kelimpungan melihat permintaan penambahan uang saku yang tiba-tiba. Para penjual kewalahan menghadapi protes para pembeli. Tetapi kejadian-kejadian seperti itu memang rutin ada tiap tahunnya. Tidak hanya setahun dua tahun harga-harga kebutuhan pokok ini kerap naik, hampir setiap hari-hari besar keagamaan yang ada di negeri ini selalu diiringi lonjakan harga kebutuhan pokok. 
sumber
"Beli cabai yang banyak mama Adel sebelum harganya naik lagi. Sebelum dimasukin ke kulkas cabainya dibungkus dengan koran jadi bisa tahan lama."

Cabai dibungkus koran. Saran dari tetangga saya itu sudah pernah saya ketahui sejak lama. Dulu sekali, saat tubuh saya masih terbebas dari kepungan lemak-lemak bandel. Saya suka sekali menilik isi kulkas di rumah. Sehari bisa lebih sepulu kali saya buka tutup pintu lemari pendingin itu. Maksud hati mencari kudapan saya justru menemukan yang lain. Di situ saya mendapati bungkusan koran yang cukup besar. Setelah mencari tahu ternyata isi dari bungkusan tersebut adalah cabai. Ada-ada saja pikir saya waktu itu.

Tapi seperti itulah. Selalu ada cara-cara kreatif untuk menghadapi kondisi yang cukup pelik seperti kenaikan harga menjelang hari raya seperti saat ini. Namun yang perlu diperhatikan adalah apakah cara-cara yang digunakan tersebut cukup baik. Atau mungkin saja ada alternatif lain yang lebih tepat.

Cabai dipercaya memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi. Harga cabai yang melejit membuat ibu-ibu rumah tangga memutuskan membeli cabai ketika posisi nilai jual berada dibatas wajar. Bahkan tak jarang mereka membelinya dalam jumlah yang banyak. Lalu mengemasnya dan menyimpannya di dalam kulkas. Tetapi tahukah mereka bila cara-cara pengemasan yang diterapkan pada bahan-bahan makanan dan lamanya waktu penyimpanan akan mempengaruhi kadar vitamin C yang terdapat di dalamnya. 

Dari sumber yang saya baca, kandungan vitamin C pada cabai rawit segar dalam 100 gram adalah 70 mg. Sedangkan kandungan vitamin C pada cabai merah besar lebih tinggi yaitu kisaran 150-200 mg / 100 g. Dan yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan manusia terhadap vitamin C hanya 45 mg/harinya. Tetapi meskipun begitu ada bagusnya bila memperhatikan cara pengemasan cabai agar kandungan gizinya tetap terjaga. Berikut beberapa pilihan pengemasan yang bisa dijadikan bahan pertimbangan bila kamu memutuskan membeli cabai dalam jumlah banyak :

1. Daun pisang
Daun pisang memiliki zat lilin alami yang sangat efektif menghambat terjadinya kehilangan air sehingga kesegaran cabai dapat terjaga.
2. Plastik
Plastik merupakan bahan pengemas yang lebih baik bila dibandingkan kertas koran tetapi tidak lebih baik dari daun pisang. Plastik polipropilen merupakan salah satu jenis kemasan yang tidak mudah sobek, tahan air, tidak mudah dilewati oleh gas dan uap air. 
3. Kertas koran
Kertas koran memiliki daya serap yang tinggi terhadap air sehingga kurang baik bila digunakan untuk mengemas cabai. Dan karena hal itu menjadikan kertas koran tidak lebih baik dari dua piliha di atas.

Saat ini saya baru mencoba membungkus cabai menggunakan kertas koran dan plastik. Untuk daun saya belum pernah mencobanya. Tetapi dari dua bahan yang telah saya coba, menggunakan kertas koran cabai lebih cepat terlihat layu bila dibandingkan menggunakan plastik. Semoga bermanfaat! [*]


Bahan bacaan : 
ejournal.unri.ac.id/index.php/JPSB/article/download/1881/1850