Pages

Saturday, 10 October 2015

Randang Ciek Uda!!!

"Darah Minang namun besar dirantau. Itulah saya. Bahasa minang memang tak cakap, namun tradisi memasak rendang pada waktu-waktu tertentu tak hilang begitu saja."


Rendang menjadi menu wajib ketika hari raya tiba. Atau menjadi hidangan istimewa ketika kembali berkumpul bersama keluarga di kampung. Dan menjadi bekal yang tepat ketika harus menempuh perjalanan jauh dan memakan waktu berhari-hari.

Sejarah Rendang

Masakan nusantara memililki sejarahnya sendiri-sendiri. Banyak faktor pembentuk cita rasa kuliner yang ada di pelosok-pelosok negeri. Salah satunya letak geografis negeri ini yang diapit oleh Benua Asia dan Benua Australia dan diantara Samudera Hindia dan Samuder Pasifik menjadikannya sebagai posisi strategis untuk perniagaan. Tempo dulu Sumatera Barat menjadi salah satu jalur rempah yang wajib dilewati oleh negara-negara yang terlibat dalam jual beli antar bangsa ini. 

Kedatangan bangsa lain ke ranah minang turut memberi andil dalam perkembangan kebudayaan atau pun tradisi orang Minang. Dengan keikutsertaan bangsa India dan Arab dalam dunia perniagaan di masa silam meninggalkan jejak pada bumbu dan cita rasa masakan Minang. Terutama India yang terkenal dengan hidangannya nan kaya akan rempah memberi warna tersendiri bagi kuliner Minangkabau. Konon karena itulah masakan Minang sangat kental dengan bumbu dan rempah-rempah yang menyengat, menusuk hidung serta menguarkan aroma yang menggoda. Dan satu yang populer hingga manca negara adalah rendang.

Bila bicara sejarah rendang, Prof. Dr. Gusti Anan sebagai sejarahwan dari Universitas Andalas memiliki pandangannya sendiri. Menurut beliau keberadaan rendang ada sejak abad ke 16. Ramainya Bandar Malaka sebagai pusat perdagangan pada abad ke 15 dan 16 menjadikan Malaka sebagai tujuan merantau banyak orang. Termasuk orang Minangkabau yang memang terkenal dangan budaya merantaunya. 

Dulu jalur transportasi yang digunakan adalah sungai. Membelah sungai untuk sampai ke Bandar Malaka memakan waktu yang tidak sebentar. Sementara sepanjang perjalanan makanan sukar ditemukan karena tidak adanya perkampungan yang dapat disinggahi. Maka dicarilah cara membuat bekal yang tahan hingga berhari-hari bahkan bisa sampai berbulan-bulan. Akhirnya rendang pun ditemukan dengan memasak daging berkuah santan dan bertaburkan berbagai macam bumbu dan rempah-rempah lalu dikeringkan hingga warnanya berubah menjadi hitam.

Filosofi di Balik Hitamnya Rendang

Dibalik hitamnya rendang terdapat filosofi yang dapat menggambarkan masyarakat Minangkabau secara utuh. Pertama, daging (dagiang) diidentikkan dengan niniak mamak yaitu sebagai petingi adat. Kedua, kelapa (karambia) menggambarkan sebagai kaum terpelajar (cadiak pandai).Ketiga, Cabai (lado) dikaitkan dengan alim ulama yang berani berkata tegas dan pedas seperti rasa cabai. Dan yang keempat, bumbu-bumbu (pemasak) mewakili masyarakat minang pada umumnya yang menjalankan fungsinya sebagaimana peran masing-masing.

Kandungan Bahan-Bahan Rendang

Bumbu-bumbu alami yang digunakan pada rendang bersifat sebagai antiseptik yang mampu membunuh bakteri patogen dan berfungis sebagai pengawet alami. Selain itu bawang merah, bawang putih, jahe dan lengkuas memiliki antimikroba yang cukup kuat. Didukung dengan proses memasak yang lama membuat rendang kering dan memiliki kadar air yang rendah. Maka tak heran bila rendang dapat bertahan lama hingga berminggu-minggu.

Berikut informasi rincian kandungan gizi yang terdapat dalam 100 gr rendang.
Jumlah kandungan energi = 193 kkal
Jumlah kandungan protein = 22,6 gr
Jumlah kandungan lemak = 7,9 gr
Jumlah kandungan karbohidrat = 7,8 gr
Jumlah kandungan kalsium = 474 mg
Jumlah kandungan fosfor = 211 mg
Jumlah kandungan zat besi = 14,9 mg
Jumlah kandungan vitamin A = 69 IU
Jumlah kandungan vitamin B1 = 0,12 mg
Jumlah kandungan Vitamin C = 0 mg

Kini rendang telah mendapat pengakuan dari dunia. Masakan asal Sumatera Barat ini dinobatkan oleh CNN Internasional sebagai makanan terlezat diantara 50 hidangan terlezat dunia ( World's 50 Most Delicious Foods )

Bahan-Bahan dan Cara Memasak

Ada beberapa tahapan memasak yang wajib dilewati bila rendang ingin sempurna.
Pertama, gulai. Pada tahap ini santan masih sangat encer namun daging sudah masak dan dapat dimakan.
Kedua, kalio. Kuah santan sudah mulai mengental dan warna pun berubah coklat. Tapi pada tahap ini belum bisa dikatakan rendang. 
Ketiga, rendang. Untuk mencapai tahapan rendang disarankan menggunakan api kecil. Pada tahap ini diperlukan kesabaran dan ketelatenan dalam mengaduk rendang agar warna hitam mencapai sempurna dan bentuk daging tidak hancur.

Bahan yang diperlukan :
1. 1 kg daging sapi, pilihlah yang rendah lemak lalu potong sesuai selera
2. 3 butir kelapa ukuran besar
3. 1/4 kg kentang baby, bersihkan kentang baby dengan sisa ampas kelapa

Bumbu-bumbu yang dihaluskan :
1. 15 siung bawang merah
2. 7 siung bawang putih
3. 1 ons cabai merah
4. 2 ruas jahe dikupas lalu bersihkan
5. 3 ruas lengkuas
6. 1/4 butir pala
7. 1 sdt merica
8. 2 sdt ketumbar sangrai
9. 3 buah kemiri
10. 1/4 sdt jinten

Pelengkap :
1. 2 batang serai
2. 2 lembar daun kunyit diikat
3. 5 lembar daun jeruk

Cara Memasak :
1. Rebus santan beserta bumbu yang dihaluskan dan bahan pelengkap. Aduk terus hingga mendidih.
2. Setelah santan mendidih masukkan daging yang telah dipotong-potong lalu sekali-kali diaduk.
3. Setelah kuah berkurang masukkan kentang baby dan aduk sekali-kali agar daging tidak hancur.
4. Kecilkan api dan aduk sekali-kali agar rendang tidak gosong di dasar wajan hingga kuah kering hingga minyak keluar. Rendang siap setelah warna telah berubah hitam.

Sebagai urang awak saya turut bangga terhadap predikat yang disandang oleh rendang. Memasaknya memang membutuhkan waktu yang lama. Sabar, sabar dan sabar dalam mengolah rendang sangat diperlukan agar warna hitamnya bisa sempurna. Karena bukan rendang namanya bila warnanya tidak hitam.[*]

#Jelajah Gizi



Bahan bacaan :
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Rendang
2.http://www.organisasi.org/1970/01/isi-kandungan-gizi-rendang-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html

10 comments: